Senin, 15 Oktober 2012

misteri segitiga bermuda

Misteri Segitiga Bermuda Misteri Segitiga Bermuda, Cerita lama tentang adanya segitiga bermuda merupakan salah satu misteri belahan dunia Barat yang mendunia dan berabad-abad telah menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri inipun bahkan telah dicatat oleh pengelana samudera Christopher Columbus. Kisah misterius ini terletak di wilayah lautan di Samudra Atlantik. Di dalam garis imajiner kawasan ini menghubungkan tiga wilayah yaitu wilayah antara Bermuda teritorial Britania Raya sebagai titik di sebelah utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah selatan dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di sebelah barat. 1. Teori Gempa Laut 2. Teori Gravitasi 3. Teori Gas Metana 4. Teori Lubang Ruang Waktu 5. Teori Pusaran Air 6. Misteri Makhluk Sargasso 7. Teori Piring Terbang 8. Teori Tempat Tenggelamnya Benua Atlantis 9. Video Temuan Terbaru Para Ahli Tempat yang menakutkan ini biasa di sebut Limbo the Lost, Twilight Zone, atau Kerajaan Setan, Segitiga Setan, dan Kepulauan Setan, namun yang paling tenar adalah “Segitiga Bermuda” Fenomena ini dipicu banyaknya kapal dan pesawat yang hilang secara misterius. Pertama diketahui tenggelamnya kapal HMS Rosalie pada tahun 1840. Kemudian The Mary Celeste salah satu misteri terbesar lenyapnya kapal di segitiga bermuda di tahun 1872. Kisah lainnya adalah sebuah kapal berbendera Inggris, Atalanta, pada 1880 kapal yang ditumpangi tiga ratus kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana tanpa jejak secuilpun. Hilangnya kapal induk USS Cyclops pada tahun 1918, yang hingga saat ini jadi misteri terbesar dalam sejarah Angkatan Laut Amerika Serikat, padahal sebelum keberangkatannya menara pengawas mengatakan bahwa lautan tenang sekali. Tahun 1938 HMS Anglo Australian juga menghilang tanpa diketahui jejaknya sepanjang tahun. Mengejut lagi tahun 1945 Penerbangan 19 yang merupakan kesatuan angkatan udara terdiri dari lima pesawat pembom angkatan laut Amerika Serikat tiba-tiba menghilang setelah mengirimkan laporan mengenai gejala pandangan yang aneh, para pilot sempat meminta pertolongan lewat radio namun mereka raib. Setelah itu, dikirimkan regu penyelamat untuk menjemput penerbangan tersebut, namun tidak hanya pesawat Penerbangan 19 yang belum ditemukan, regu penyelamat juga ikut lenyap. Lalu tahun 1952 Pesawat British York transport lenyap dengan 33 penumpang. Di tahun 1962 US Air Force KB-50 yaitu sebuah kapal tanker lenyap tanpa bekas. Kemudian hilangnya pesawat transpor C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965 Pesawat tambun mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo dengan 10 awak ini sebenarnya hampir menuntaskan perjalanan tak ada yang mencurigakan, kerusakan teknispun tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan. Keajaiban terjadi lagi, tanggal 23 Maret 1973. Kapal Jerman, bernama Anita (20.000 ton), menghilang dengan 32 kru. Tahun 1976 SS Sylvia L. Ossa lenyap dilautan 140 mil sebelah barat Bermuda. 1978 Douglas DC-3 Argosy Airlines Flight 902 menghilang setelah lepas landas dan kontak radio terputus. Hingga hilangnya Kapal Freighter Genesis setelah berlayar dari Port of Spain menuju St Vincent pada tahun 1999. Sungguh mencekam. Ada yang menghubung-hubungkan Segitiga Bermuda dengan kota Atlantis yang hilang karena ditemukan piramida di dasar laut Segitiga Bermuda. Juga menyebut bahwa segitiga adalah lorong waktu. Selain itu, lokasi Segitiga Bermuda sebagai pusat bertemunya antara arus air dingin dari Amerika Utara dengan arus air panas dari Afrika. Lalu diyakini Samudera Atlantik sebagai istana setan. Berikut juga opini tentang daerah Segitiga Bermuda memiliki medan gravitasi, yang menyebabkan alat navigasi tak bisa bekerja. Beredar juga teori, bahwa kapal dan pesawat itu diculik oleh UFO karena melintas di pangkalannya. Berikut teori-teori menghubungkan Keangkeran Misteri Segitiga Bermuda : Teori Gempa laut dan Serangan gelombang Besar ^_^ Teori Gempa laut dan serangan gelombang besar. Gesekan dan goncangan di dasar Lautan Atlantik menghasilkan gelombang dahsyat dan seketika kapal2 menjadi hilang kendali dalam beberapa detik saja. Teori Gravitasi (Anomali Magnetik Graviti) ^_^ Teori Gravitasi (anomali magnetik graviti). Segitiga bermuda terdapat elektromagnet yang besar. Hingga setiap pesawat atau kapal melintas alat navigasi mereka samasekali tidak berfungsi. Adanya sumber magnet terbesar di bumi yang tertanam di bawah Segitiga Bermuda, sehingga logam berton-tonpun dapat tertarik ke dalam. Teori Gas Metana ^_^ Gas Metana. Adanya gas methana di wilayah perairan tersebut. Teori ini dipublikasikan pertama kali tahun 1981 oleh Badan Penyelidikan Geologi Amerika Serikat. Teori ini berhasil diuji coba di laboratorium dan hasilnya memuaskan beberapa orang tentang penjelasan yang masuk akal seputar misteri lenyapnya pesawat-pesawat dan kapal laut. Teori Lubang Ruang Waktu ^_^ Teori lubang ruang waktu (Lorong Waktu) yg menyedot hilang semua materi, seperti black hole (lubang hitam) yg ada diangkasa. Mungkin dikawasan ini terdapat sebuah gangguan atmosfir di udara berupa lubang di langit. Ke lubang itulah pesawat terbang masuk tanpa sanggup untuk keluar lagi. Dari misteri “Lubang di Langit” ini membentuk sebuah teori tentang adanya semacam perhubungan antara dunia dengan dimensi lain. Teori Pusaran Air ^_^ Teori pusaran air (Blue Hole). Air bercahaya putih itulah penyebabnya. Didaerah segitiga maut Bermuda konon di dasar lautnya terdapat semacam lubang/gua, dulu gua ini memang sungguh ada, tetapi setelah jaman es berlalu, gua ini tertutup. Arus didalamnya sangat kuat dan sering membuat pusaran yang berdaya hisap. banyak kapal-kapal kecil atau manusia yang terhisap ke dalam blue hole itu tanpa daya. Misteri Makhluk Sargasso ^_^ Misteri Makhluk Sargasso. Misteri lain adalah Makhluk Laut Sargasso, yang bukan semata-mata khayalan. Di Lautan Sargasso, banyak kapal yang tak pernah sampai ke tujuannya dan terkubur di dasar laut. Luas Laut Misteri Sargasso ini 3650 km untuk panjang dan lebarnya 1825 km, dan di sekelilingnya mengalir arus yang kuat sekali, sehingga membentuk pusaran yang sangat luas. Teori Piring Terbang ^_^ Teori Piring Terbang (UFO). Ada hubungan antara munculnya piring terbang dg raibnya kapal dan pesawat diwilayah tsb.Ada yang mengatakan Segitiga Bermuda adalah markas besar UFO di bumi ini. sehingga kendaraan apapun yang melewati daerah teritorial tersebut akan terhisap dan diculik. Teori Tempat Tenggelamnya Benua Atlantis ^_^ Teori Tempat tenggelamnya Benua Atlantis. Segitiga Bermuda pusat Pemerintahan kota Atlantis yg tenggelam ribuan tahun yg lalu, dan menjadi tempat terangker di Dunia.

Rabu, 22 Februari 2012

Alam semesta adalah ciptaan Allah Swt.

Al-Quran menyatakan bahwa alam semesta adalah ciptaan (creation) Allah Swt, dari ketiadaan menjadi ada. Alam semesta tidak terjadi begitu saja seperti yang sudah ada sekarang ini.

[QS Al-Baqarah.2:117] Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.

Alam semesta dulunya adalah satu butir “meteri pejal”.

[QS Al-Anbiyaa’ (21):30] bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.

Suatu “bunyi trompet” telah mengawali alam semesta.

[6:73]Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak.

Tersirat pada kalimat "diwaktu sangkakala ditiup" terjadi "bunyi" dan perumpamaan ini selaras dengan suatu ledakan besar. Ledakan besar (sains=bigbang, Al-Quran=tiupan/bunyi sangkakala) telah memulai alam semesta kita. Ledakan ”benda pejal” (sains=dark matter, Quran= sesuatu yan padu) telah memulai terbentuknya langit kita. Allah mencipta langit dan bumi dengan benar (otomatisasi hukum-hukum alam, ilmu segala sesuatu), Dia mengetahui yang gaib (atom, enersi,gelombang/sinar tak tampak) dan yang tampak (benda-benda langit/planet/galaksi, sinar tampak).

Langit ditinggikan tanpa tiang.

[QS Qaaf (50):6] Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?

[Quran, Surah Ar-Rald (13):2] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
Perumpamaan "langit ditinggikan tanpa tiang" selaras dengan temuan sains abad 20 yaitu alam semesta mengembang (expansion of the universe), sejak terjadi bigbang hingga saat ini.
Teori bigbang dan expansion of the universe sebagai temuan sains terbesar abad 20 ternyata telah diisyaratkan dalam Al-quran sejak 1400 tahun yang lalu. Bagaimana mungkin seorang nabi (muhammad Saw) yang buta huruf bisa merumuskan sejarah alam semesta ini hanya dalam kalimat pendek dalam Al-quran?. Temuan sains telah membuktikan bahwa Al-quran benar-benar firman Allah Swt.

Selasa, 14 Februari 2012

arab pra-islam

BAGIAN PERTAMA: ARAB PRA-ISLAM (2/4)
Muhammad Husain Haekal

Kedua kekuatan yang sekarang sedang berhadap-hadapan itu
ialah: kekuatan Kristen dan kekuatan Majusi, kekuatan Barat
berhadapan dengan kekuatan Timur. Bersamaan dengan itu
kekuasaan-kekuasaan kecil yang berada dibawah pengaruh kedua
kekuatan itu, pada awal abad keenam berada di sekitar jazirah
Arab. Kedua kekuatan itu masing-masing mempunyai hasrat
ekspansi dan penjajahan. Pemuka-pemuka kedua agama itu
masing-masing berusaha sekuat tenaga akan menyebarkan agamanya
ke atas kepercayaan agama lain yang sudah dianutnya.
Sungguhpun demikian jazirah itu tetap seperti sebuah oasis
yang kekar tak sampai terjamah oleh peperangan, kecuali pada
beberapa tempat di bagian pinggir saja, juga tak sampai
terjamah oleh penyebaran agama-agama Masehi atau Majusi,
kecuali sebagian kecil saja pada beberapa kabilah. Gejala
demikian ini dalam sejarah kadang tampak aneh kalau tidak kita
lihat letak dan iklim jazirah itu serta pengaruh keduanya
terhadap kehidupan penduduknya, dalam aneka macam perbedaan
dan persamaan serta kecenderungan hidup mereka masing-masing.

Jazirah Arab bentuknya memanjang dan tidak parallelogram. Ke
sebelah utara Palestina dan padang Syam, ke sebelah timur
Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, ke
sebelah selatan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedang ke
sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan
daerah ini dilingkungi lautan, dari utara padang sahara dan
dari timur padang sahara dan Teluk Persia. Akan tetapi bukan
rintangan itu saja yang telah melindunginya dari serangan dan
penyerbuan penjajahan dan penyebaran agama, melainkan juga
karena jaraknya yang berjauh-jauhan. Panjang semenanjung itu
melebihi seribu kilometer, demikian juga luasnya sampai seribu
kilometer pula. Dan yang lebih-lebih lagi melindunginya ialah
tandusnya daerah ini yang luar biasa hingga semua penjajah
merasa enggan melihatnya. Dalam daerah yang seluas itu sebuah
sungaipun tak ada. Musim hujan yang akan dapat dijadikan
pegangan dalam mengatur sesuatu usaha juga tidak menentu.
Kecuali daerah Yaman yang terletak di sebelah selatan yang
sangat subur tanahnya dan cukup banyak hujan turun, wilayah
Arab lainnya terdiri dari gunung-gunung, dataran tinggi,
lembah-lembah tandus serta alam yang gersang. Tak mudah orang
akan dapat tinggal menetap atau akan memperoleh kemajuan.
Samasekali hidup di daerah itu tidak menarik selain hidup
mengembara terus-menerus dengan mempergunakan unta sebagai
kapalnya di tengah-tengah lautan padang pasir itu, sambil
mencari padang hijau untuk makanan ternaknya, beristirahat
sebentar sambil menunggu ternak itu menghabiskan makanannya,
sesudah itu berangkat lagi mencari padang hijau baru di tempat
lain. Tempat-tempat beternak yang dicari oleh orang-orang
badwi jazirah biasanya di sekitar mata air yang menyumber dari
bekas air hujan, air hujan yang turun dari celah-celah batu di
daerah itu. Dari situlah tumbuhnya padang hijau yang terserak
di sana-sini dalam wahah-wahah yang berada di sekitar mata
air.

Sudah wajar sekali dalam wilayah demikian itu, yang seperti
Sahara Afrika Raya yang luas, tak ada orang yang dapat hidup
menetap, dan cara hidup manusia yang biasapun tidak pula
dikenal. Juga sudah biasa bila orang yang tinggal di daerah
itu tidak lebih maksudnya hanya sekadar menjelajahinya dan
menyelamatkan diri saja, kecuali di tempat-tempat yang tak
seberapa, yang masih ditumbuhi rumput dan tempat beternak.
Juga sudah sewajarnya pula tempat-tempat itu tetap tak dikenal
karena sedikitnya orang yang mau mengembara dan mau
menjelajahi daerah itu. Praktis orang zaman dahulu tidak
mengenal jazirah Arab, selain Yaman. Hanya saja letaknya itu
telah dapat menyelamatkan dari pengasingan dan penghuninyapun
dapat bertahan diri.

Pada masa itu orang belum merasa begitu aman mengarungi lautan
guna mengangkut barang dagangan atau mengadakan pelayaran.
Dari peribahasa Arab yang dapat kita lihat sekarang
menunjukkan, bahwa ketakutan orang menghadapi laut sama
seperti dalam menghadapi maut. Tetapi, bagaimanapun juga untuk
mengangkut barang dagangan itu harus ada jalan lain selain
mengarungi bahaya maut itu. Yang paling penting transpor
perdagangan masa itu ialah antara Timur dan Barat: antara
Rumawi dan sekitarnya, serta India dan sekitarnya. Jazirah
Arab masa itu merupakan daerah lalu-lintas perdagangan yang
diseberanginya melalui Mesir atau melalui Teluk Persia, lewat
terusan yang terletak di mulut Teluk Persia itu. Sudah tentu
wajar sekali bilamana penduduk pedalaman jazirah Arab itu
menjadi raja sahara, sama halnya seperti pelaut-pelaut pada
masa-masa berikutnya yang daerahnya lebih banyak dikuasai air
daripada daratan, menjadi raja laut. Dan sudah wajar pula
bilamana raja-raja padang pasir itu mengenal seluk-beluk jalan
para kafilah sampai ke tempat-tempat yang berbahaya, sama
halnya seperti para pelaut, mereka sudah mengenal garis-garis
perjalanan kapal sampai sejauh-jauhnya. "Jalan kafilah itu
bukan dibiarkan begitu saja," kataHeeren, "tetapi sudah
menjadi tempat yang tetap mereka lalui. Di daerah padang pasir
yang luas itu, yang biasa dilalui oleh para kafilah, alam
telah memberikan tempat-tempat tertentu kepada mereka,
terpencar-pencar di daerah tandus, yang kelak menjadi tempat
mereka beristirahat. Di tempat itu, di bawah naungan
pohon-pohon kurma dan di tepi air tawar yang mengalir di
sekitarnya, seorang pedagang dengan binatang bebannya dapat
menghilangkan haus dahaga sesudah perjalanan yang melelahkan
itu. Tempat-tempat peristirahatan itu juga telah menjadi
gudang perdagangan mereka, dan yang sebagian lagi dipakai
sebagai tempat penyembahan, tempat ia meminta perlindungan
atas barang dagangannya atau meminta pertolongan dari tempat
itu."1

Lingkungan jazirah itu penuh dengan jalan kafilah. Yang
penting di antaranya ada dua. Yang sebuah berbatasan dengan
Teluk Persia, Sungai Dijla, bertemu dengan padang Syam dan
Palestina. Pantas jugalah kalau batas daerah-daerah sebelah
timur yang berdekatan itu diberi nama Jalan Timur. Sedang yang
sebuah lagi berbatasan dengan Laut Merah; dan karena itu
diberi nama Jalan Barat. Melalui dua jalan inilah produksi
barang-barang di Barat diangkut ke Timur dan barang-barang di
Timur diangkut ke Barat. Dengan demikian daerah pedalaman itu
mendapatkan kemakmurannya.

Akan tetapi itu tidak menambah pengetahuan pihak Barat tentang
negeri-negeri yang telah dilalui perdagangan mereka itu.
Karena sukarnya menempuh daerah-daerah itu, baik pihak Barat
maupun pihak Timur sedikit sekali yang mau mengarunginya -
kecuali bagi mereka yang sudah biasa sejak masa mudanya.
Sedang mereka yang berani secara untung-untungan
mempertaruhkan nyawa banyak yang hilang secara sia-sia di
tengah-tengah padang tandus itu. Bagi orang yang sudah biasa
hidup mewah di kota, tidak akan tahan menempuh gunung-gunung
tandus yang memisahkan Tihama dari pantai Laut Merah dengan
suatu daerah yang sempit itu. Kalaupun pada waktu itu ada juga
orang yang sampai ke tempat tersebut - yang hanya mengenal
unta sebagai kendaraan - ia akan mendaki celah-celah
pegunungan yang akhirnya akan menyeberang sampai ke dataran
tinggi Najd yang penuh dengan padang pasir. Orang yang sudah
biasa hidup dalam sistem politik yang teratur dan dapat
menjamin segala kepuasannya akan terasa berat sekali hidup
dalam suasana pedalaman yang tidak mengenal tata-tertib
kenegaraan. Setiap kabilah, atau setiap keluarga, bahkan
setiap pribadipun tidak mempunyai suatu sistiem hubungan
dengan pihak lain selain ikatan keluarga atau kabilah atau
ikatan sumpah setia kawan atau sistem jiwar (perlindungan
bertetangga) yang biasa diminta oleh pihak yang lemah kepada
yang lebih kuat.

Pada setiap zaman tata-hidup bangsa-bangsa pedalaman itu
memang berbeda dengan kehidupan di kota-kota. Ia sudah puas
dengan cara hidup saling mengadakan pembalasan, melawan
permusuhan dengan permusuhan, menindas yang lemah yang tidak
mempunyai pelindung. Keadaan semacam ini tidak menarik
perhatian orang untuk membuat penyelidikan yang lebih dalam.

Oleh karena itu daerah Semenanjung ini tetap tidak dikenal
dunia pada waktu itu. Dan barulah kemudian - sesudah Muhammad
s.a.w. lahir di tempat tersebut - orang mulai mengenal
sejarahnya dari berita-berita yang dibawa orang dari tempat
itu, dan daerah yang tadinya samasekali tertutup itu sekarang
sudah mulai dikenal dunia.

Tak ada yang dikenal dunia tentang negeri-negeri Arab itu
selain Yaman dan tetangga-tetangganya yang berbatasan dengan
Teluk Persia. Hal ini bukan karena hanya disebabkan oleh
adanya perbatasan Teluk Persia dan Samudera Indonesia saja,
tetapi lebih-lebih disebabkan oleh - tidak seperti
jazirah-jazirah lain - gurun sahara yang tandus. Dunia tidak
tertarik, negara yang akan bersahabatpun tidak merasa akan
mendapat keuntungan dan pihak penjajah juga tidak punya
kepentingan. Sebaliknya, daerah Yaman tanahnya subur, hujan
turun secara teratur pada setiap musim. Ia menjadi negeri
peradaban yang kuat, dengan kota-kota yang makmur dan
tempat-tempat beribadat yang kuat sepanjang masa. Penduduk
jazirah ini terdiri dari suku bangsa Himyar, suatu suku bangsa
yang cerdas dan berpengetahuan luas. Air hujan yang menyirami
bumi ini mengalir habis menyusuri tanah terjal sampai ke laut.
Mereka membuat Bendungan Ma'rib yang dapat menampung arus air
hujan sesuai dengan syarat-syarat peradaban yang berlaku.

Sebelum di bangunnya bendungan ini , air hujan yang deras
terjun dari pegunungan Yaman yang tinggi-tinggi itu, menyusur
turun ke lembah-lembah yang terletak di sebelah timur kota
Ma'rib. Mula-mula air turun melalui celah-celah dua buah
gunung yang terletak di kanan-kiri lembah ini, memisahkan satu
sama lain seluas kira-kira 400 meter. Apabila sudah sampai di
Ma'rib air itu menyebar ke dalam lembah demikian rupa sehingga
hilang terserap seperti di bendungan-bendungan Hulu Sungai
Nil. Berkat pengetahuan dan kecerdasan yang ada pada penduduk
Yaman itu, mereka membangun sebuah bendungan, yaitu Bendungan
Ma'rib. Bendungan ini dibangun daripada batu di ujung lembah
yang sempit, lalu dibuatnya celah-celah guna memungkinkan
adanya distribusi air ke tempat-tempat yang mereka kehendaki
dan dengan demikian tanah mereka bertambah subur.

Peninggalan-peninggalan peradaban Himyar di Yaman yang pernah
diselidiki - dan sampai sekarang penyelidikan itu masih
diteruskan -menunjukkan, bahwa peradaban mereka pada suatu
saat memang telah mencapai tingkat yang tinggi sekali, juga
sejarahpun menunjukkan bahwa Yaman pernah pula mengalami
bencana.

Sungguhpun begitu peradaban yang dihasilkan dari kesuburan
negerinya serta penduduknya yang menetap menimbulkan gangguan
juga dalam lingkungan jazirah itu. Raja-raja Yaman kadang dari
keluarga Himyar yang sudah turun-temurun, kadang juga dari
kalangan rakyat Himyar sampai pada waktu Dhu Nuwas al-Himyari
berkuasa. Dhu Nuwas sendiri condong sekali kepada agama Musa
(Yudaisma), dan tidak menyukai penyembahan berhala yang telah
menimpa bangsanya. Ia belajar agama ini dari orang-orang
Yahudi yang pindah dan menetap di Yaman. Dhu Nuwas inilah yang
disebut-sebut oleh ahli-ahli sejarah, yang termasuk dalam
kisah "orang-orang yang membuat parit," dan menyebabkan
turunnya ayat: "Binasalah orang-orang yang telah membuat
parit. Api yang penuh bahan bakar. Ketika mereka duduk di
tempat itu. Dan apa yang dilakukan orang-orang beriman itu
mereka menyaksikan. Mereka menyiksa orang-orang itu hanya
karena mereka beriman kepada Allah Yang Maha Mulia dan
Terpuji." (Qur'an 85:4-8)

Cerita ini ringkasnya ialah bahwa ada seorang pengikut Nabi
Isa yang saleh bernama Phemion telah pindah dari Kerajaan
Rumawi ke Najran. Karena orang ini baik sekali, penduduk kota
itu banyak yang mengikuti jejaknya, sehingga jumlah mereka
makin lama makin bertambah juga. Setelah berita itu sampai
kepada Dhu Nuwas, ia pergi ke Najran dan dimintanya kepada
penduduk supaya mereka masuk agama Yahudi, kalau tidak akan
dibunuh. Karena mereka menolak, maka digalilah sebuah parit
dan dipasang api di dalamnya. Mereka dimasukkan ke dalam parit
itu dan yang tidak mati karena api, dibunuhnya kemudian dengan
pedang atau dibikin cacat. Menurut beberapa buku sejarah
korban pembunuhan itu mencapai duapuluh ribu orang. Salah
seorang di antaranya dapat lolos dari maut dan dari tangan Dhu
Nuwas, ia lari ke Rumawi dan meminta bantuan Kaisar
Yustinianus atas perbuatan Dhu Nuwas itu. Oleh karena letak
Kerajaan Rumawi ini jauh dari Yaman, Kaisar itu menulis surat
kepada Najasyi (Negus) supaya mengadakan pembalasan terhadap
raja Yaman. Pada waktu itu [abad ke-6] Abisinia yang dipimpin
oleh Najasyi sedang berada dalam puncak kemegahannya.
Perdagangan yang luas melalui laut disertai oleh armada yang
kuat2 dapat menancapkan pengaruhnya sampai sejauh-jauhnya.
Pada waktu itu ia menjadi sekutu Imperium Rumawi Timur dan
yang memegang panji Kristen di Laut Merah, sedang Kerajaan
Rumawi Timur sendiri menguasainya di bagian Laut Tengah.

sejarah MUHAMMAD S.A.W

BAGIAN KEEMPAT: DARI PERKAWINAN SAMPAI MASA KERASULANNYA (1/2)
Muhammad Husain Haekal

Perawakan dan sifat-sifat Muhammad - Penduduk Mekah
membangun Ka'bah - Putusan Muhammad tentang Hajar Aswad
- Pemikir-pemikir Quraisy dan paganisma - Putera-puteri
Muhammad - Kematian putera-puterinya - Perkawinan
putera-puterinya - Kecenderungan Muhammad menyendiri -
Menjauhi dosa ke Gua Hira'- Mimpi Hakiki - Wahyu
pertama.

DENGAN duapuluh ekor unta muda sebagai mas kawin Muhammad
melangsungkan perkawinannya itu dengan Khadijah. Ia pindah ke
rumah Khadijah dalam memulai hidup barunya itu, hidup
suami-isteri dan ibu-bapa, saling mencintai cinta sebagai
pemuda berumur duapuluh lima tahun. Ia tidak mengenal nafsu
muda yang tak terkendalikan, juga ia tidak mengenal cinta buta
yang dimulai seolah nyala api yang melonjak-lonjak untuk
kemudian padam kembali. Dari perkawinannya itu ia beroleh
beberapa orang anak, laki-laki dan perempuan. Kematian kedua
anaknya, al-Qasim dan Abdullah at-Tahir at-Tayyib1 telah
menimbulkan rasa duka yang dalam sekali. Anak-anak yang masih
hidup semua perempuan. Bijaksana sekali ia terhadap
anak-anaknya dan sangat lemah-lembut. Merekapun sangat setia
dan hormat kepadanya.

Paras mukanya manis dan indah, Perawakannya sedang, tidak
terlampau tinggi, juga tidak pendek, dengan bentuk kepala yang
besar, berambut hitam sekali antara keriting dan lurus.
Dahinya lebar dan rata di atas sepasang alis yang lengkung
lebat dan bertaut, sepasang matanya lebar dan hitam, di
tepi-tepi putih matanya agak ke merah-merahan, tampak lebih
menarik dan kuat: pandangan matanya tajam, dengan bulu-mata
yang hitam-pekat. Hidungnya halus dan merata dengan barisan
gigi yang bercelah-celah. Cambangnya lebar sekali, berleher
panjang dan indah. Dadanya lebar dengan kedua bahu yang
bidang. Warna kulitnya terang dan jernih dengan kedua telapak
tangan dan kakinya yang tebal.

Bila berjalan badannya agak condong kedepan, melangkah
cepat-cepat dan pasti. Air mukanya membayangkan renungan dan
penuh pikiran, pandangan matanya menunjukkan kewibawaan,
membuat orang patuh kepadanya.

Dengan sifatnya yang demikian itu tidak heran bila Khadijah
cinta dan patuh kepadanya, dan tidak pula mengherankan bila
Muhammad dibebaskan mengurus hartanya dan dia sendiri yang
memegangnya seperti keadaannya semula dan membiarkannya
menggunakan waktu untuk berpikir dan berenung.

Muhammad yang telah mendapat kurnia Tuhan dalam perkawinannya
dengan Khadijah itu berada dalam kedudukan yang tinggi dan
harta yang cukup. Seluruh penduduk Mekah memandangnya dengan
rasa gembira dan hormat. Mereka melihat karunia Tuhan yang
diberikan kepadanya serta harapan akan membawa turunan yang
baik dengan Khadijah. Tetapi semua itu tidak mengurangi
pergaulannya dengan mereka. Dalam hidup hari-hari dengan
mereka partisipasinya tetap seperti sediakala. Bahkan ia lebih
dihormati lagi di tengah-tengah mereka itu. Sifatnya yang
sangat rendah hati lebih kentara lagi. Bila ada yang
mengajaknya bicara ia mendengarkan hati-hati sekali tanpa
menoleh kepada orang lain. Tidak saja mendengarkan kepada yang
mengajaknya bicara, bahkan ia rnemutarkan seluruh badannya.
Bicaranya sedikit sekali, lebih banyak ia mendengarkan. Bila
bicara selalu bersungguh-sungguh, tapi sungguhpun begitu iapun
tidak melupakan ikut membuat humor dan bersenda-gurau, tapi
yang dikatakannya itu selalu yang sebenarnya. Kadang ia
tertawa sampai terlihat gerahamnya. Bila ia marah tidak pernah
sampai tampak kemarahannya, hanya antara kedua keningnya
tampak sedikit berkeringat. Ini disebabkan ia menahan rasa
amarah dan tidak mau menampakkannya keluar. Semua itu terbawa
oleh kodratnya yang selalu lapang dada, berkemauan baik dan
menghargai orang lain. Bijaksana ia, murah hati dan mudah
bergaul. Tapi juga ia mempunyai tujuan pasti, berkemauan
keras, tegas dan tak pernah ragu-ragu dalam tujuannya.
Sifat-sifat demikian ini berpadu dalam dirinya dan
meninggalkan pengaruh yang dalam sekali pada orang-orang yang
bergaul dengan dia. Bagi orang yang melihatnya tiba-tiba,
sekaligus akan timbul rasa hormat, dan bagi orang yang bergaul
dengan dia akan timbul rasa cinta kepadanya.

Alangkah besarnya pengaruh yang terjalin dalam hidup
kasih-sayang antara dia dengan Khadijah sebagai isteri yang
sungguh setia itu.

Pergaulan Muhammad dengan penduduk Mekah tidak terputus, juga
partisipasinya dalam kehidupan masyarakat hari-hari. Pada
waktu itu masyarakat sedang sibuk karena bencana banjir besar
yang turun dari gunung, pernah menimpa dan meretakkan
dinding-dinding Ka'bah yang memang sudah rapuk. Sebelum itupun
pihak Quraisy memang sudah memikirkannya. Tempat yang tidak
beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang
berharga di dalamnya. Hanya saja Quraisy merasa takut; kalau
bangunannya diperkuat, pintunya ditinggikan dan diberi
beratap, dewa Ka'bah yang suci itu akan menurunkan bencana
kepada mereka. Sepanjang zaman Jahiliah keadaan mereka
diliputi oleh pelbagai macam legenda yang mengancam
barangsiapa yang berani mengadakan sesuatu perubahan. Dengan
demikian perbuatan itu dianggap tidak umum.

Tetapi sesudah mengalami bencana banjir tindakan demikian itu
adalah suatu keharusan, walaupun masih serba takut-takut dan
ragu-ragu. Suatu peristiwa kebetulan telah terjadi sebuah
kapal milik seorang pedagang Rumawi bernama Baqum2 yang datang
dari Mesir terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum ini
seorang ahli bangunan yang mengetahui juga soal-soal
perdagangan. Sesudah Quraisy mengetahui hal ini, maka
berangkatlah al-Walid bin'l-Mughira dengan beberapa orang dari
Quraisy ke Jidah. Kapal itu dibelinya dari pemiliknya, yang
sekalian diajaknya berunding supaya sama-sama datang ke Mekah
guna membantu mereka membangun Ka'bah kembali. Baqum
menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Mekah ada seorang
Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan
tercapai bahwa diapun akan bekerja dengan mendapat bantuan
Baqum.

Sudut-sudut Ka'bah itu oleh Quraisy dibagi empat bagian tiap
kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan dibangun
kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan itu mereka
masih ragu-ragu, kuatir akan mendapat bencana. Kemudian
al-Walid bin'l-Mughira tampil ke depan dengan sedikit
takut-takut. Setelah ia berdoa kepada dewa-dewanya mulai ia
merombak bagian sudut selatan.3 Tinggal lagi orang
menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan Tuhan nanti terhadap
al-Walid. Tetapi setelah ternyata sampai pagi tak terjadi
apa-apa, merekapun ramai-ramai merombaknya dan memindahkan
batu-batu yang ada. Dan Muhammad ikut pula membawa batu itu.

Setelah mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat di
situ dengan pacul tidak berhasil, dibiarkannya batu itu
sebagai fondasi bangunan. Dan gunung-gunung sekitar tempat itu
sekarang orang-orang Quraisy mulai mengangkuti batu-batu
granit berwarna biru, dan pembangunanpun segera dimulai.
Sesudah bangunan itu setinggi orang berdiri dan tiba saatnya
meletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di
sudut timur, maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy,
siapa yang seharusnya mendapat kehormatan meletakkan batu itu
di tempatnya. Demikian memuncaknya perselisihan itu sehingga
hampir saja timbul perang saudara karenanya. Keluarga
Abd'd-Dar dan keluarga 'Adi bersepakat takkan membiarkan
kabilah yang manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar
ini. Untuk itu mereka mengangkat sumpah bersama. Keluarga
Abd'd-Dar membawa sebuah baki berisi darah. Tangan mereka
dimasukkan ke dalam baki itu guna memperkuat sumpah mereka.
Karena itu lalu diberi nama La'aqat'd-Dam, yakni 'jilatan
darah.'

Abu Umayya bin'l-Mughira dari Banu Makhzum, adalah orang yang
tertua di antara mereka, dihormati dan dipatuhi. Setelah
melihat keadaan serupa itu ia berkata kepada mereka:

"Serahkanlah putusan kamu ini di tangan orang yang pertama
sekali memasuki pintu Shafa ini."

Tatkala mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki
tempat itu, mereka berseru: "Ini al-Amin; kami dapat menerima
keputusannya."

Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepadanya. Iapun
mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa
berkobarnya api permusuhan itu. Ia berpikir sebentar, lalu
katanya: "Kemarikan sehelai kain," katanya. Setelah kain
dibawakan dihamparkannya dan diambilnya batu itu lalu
diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya;
"Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini."

Mereka bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu
akan diletakkan. Lalu Muhammad mengeluarkan batu itu dari kain
dan meletakkannya di tempatnya. Dengan demikian perselisihan
itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan.

Quraisy menyelesaikan bangunan Ka'bah sampai setinggi
delapanbelas hasta (± 11 meter), dan ditinggikan dari tanah
sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menyuruh atau melarang
orang masuk. Di dalam itu mereka membuat enam batang tiang
dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah dalam dipasang
sebuah tangga naik sampai ke teras di atas lalu meletakkan
Hubal di dalam Ka'bah. Juga di tempat itu diletakkan
barang-barang berharga lainnya, yang sebelum dibangun dan
diberi beratap menjadi sasaran pencurian.

Mengenai umur Muhammad waktu membina Ka'bah dan memberikan
keputusannya tentang batu itu, masih terdapat perbedaan
pendapat. Ada yang mengatakan berumur duapuluh lima tahun. Ibn
Ishaq berpendapat umurnya tigapuluh lima tahun. Kedua pendapat
itu baik yang pertama atau yang kemudian, sama saja; tapi yang
jelas cepatnya Quraisy menerima ketentuan orang yang pertama
memasuki pintu Shafa, disusul dengan tindakannya mengambil
batu dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain
dan diletakkan di tempatnya dalam Ka'bah, menunjukkan betapa
tingginya kedudukannya dimata penduduk Mekah, betapa besarnya
penghargaan mereka kepadanya sebagai orang yang berjiwa besar.

Adanya pertentangan antar-kabilah, adanya persepakatan
La'aqat'd-Dam ('Jilatan Darah'), dan menyerahkan putusan
kepada barangsiapa mula-mula memasuki pintu Shafa, menunjukkan
bahwa kekuasaan di Mekah sebenarnya sudah jatuh.

Kekuasaan yang dulu ada pada Qushayy, Hasyim dan
Abd'l-Muttalib sekarang sudah tak ada lagi. Adanya
pertentangan kekuasaan antara keluarga Hasyim dan keluarga
Umayya sesudah matinya Abd'l-Muttalib besar sekali
pengaruhnya.

Dengan jatuhnya kekuasaan demikian itu sudah wajar sekali akan
membawa akibat buruk terhadap Mekah, kalau saja tidak karena
adanya rasa kudus dalam hati semua orang Arab terhadap Rumah
Purba itu. Dan jatuhnya kekuasaan itupun membawa akibat secara
wajar pula, yakni menambah adanya kemerdekaan berpikir dan
kebebasan menyatakan pendapat, dan menimbulkan keberanian
pihak Yahudi dan kaum Nasrani mencela orang-orang Arab yang
masih menyembah berhala itu - suatu hal yang tidak akan berani
mereka lakukan sewaktu masih ada kekuasaan. Hal ini berakhir
dengan hilangnya pemujaan berhala-berhala itu dalam hati
penduduk Mekah dan orang-orang Quraisy sendiri, meskipun
pemuka-pemuka dan pemimpin-pemimpin Mekah masih memperlihatkan
adanya pemujaan dan penyembahan demikian itu. Sikap mereka ini
sebenamya berasalan sekali; sebab mereka melihat, bahwa agama
yang berlaku itu adalah salah satu alat yang akan menjaga
ketertiban serta menghindarkan adanya kekacauan berpikir.
Dengan adanya penyembahan-penyembahan berhala dalam Ka'bah,
ini merupakan jaminan bagi Mekah sebagai pusat keagamaan dan
perdagangan. Dan memang demikianlah sebenarnya, dibalik
kedudukan ini Mekah dapat juga menikmati kemakmuran dan
hubungan dagangnya. Akan tetapi itu tidak akan mengubah
hilangnya pemujaan berhala-berhala dalam hati penduduk Mekah.

Ada beberapa keterangan yang menyebutkan, bahwa pada suatu
hari masyarakat Quraisy sedang berkumpul di Nakhla merayakan
berhala 'Uzza; empat orang di antara mereka diam-diam
meninggalkan upacara itu. Mereka itu ialah: Zaid b. 'Amr,
Usman bin'l-Huwairith, 'Ubaidullah b. Jahsy dan Waraqa b.
Naufal.

Mereka satu sama lain berkata: "Ketahuilah bahwa masyarakatmu
ini tidak punya tujuan; mereka dalam kesesatan. Apa artinya
kita mengelilingi batu itu: memdengar tidak, melihat tidak,
merugikan tidak, menguntungkanpun juga tidak. Hanya darah
korban yang mengalir di atas batu itu. Saudara-saudara,
marilah kita mencari agama lain, bukan ini."

Dari antara mereka itu kemudian Waraqa menganut agama Nasrani.
Konon katanya dia yang menyalin Kitab Injil ke dalam bahasa
Arab. 'Ubaidullah b. Jahsy masih tetap kabur pendiriannya.
Kemudian masuk Islam dan ikut hijrah ke Abisinia. Di sana ia
pindah menganut agama Nasrani sampai matinya. Tetapi isterinya
- Umm Habiba bint Abi Sufyan - tetap dalam Islam, sampai
kemudian ia menjadi salah seorang isteri Nabi dan
Umm'l-Mu'minin.

Zaid b. 'Amr malah pergi meninggalkan isteri dan al-Khattab
pamannya. Ia menjelajahi Syam dan Irak, kemudian kembali lagi.
Tetapi dia tidak mau menganut salah satu agama, baik Yahudi
atau Nasrani. Juga dia meninggalkan agama masyarakatnya dan
menjauhi berhala. Dialah yang berkata, sambil bersandar ke
dinding Ka'bah: "Ya Allah, kalau aku mengetahui, dengan cara
bagaimana yang lebih Kausukai aku menyembahMu, tentu akan
kulakukan. Tetapi aku tidak me ngetahuinya."

Usman bin'l-Huwairith, yang masih berkerabat dengan Khadijah,
pergi ke Rumawi Timur dan memeluk agama Nasrani. Ia mendapat
kedudukan yang baik pada Kaisar Rumawi itu. Disebutkan juga,
bahwa ia mengharapkan Mekah akan berada di bawah kekuasaan
Rumawi dan dia berambisi ingin menjadi Gubernurnya. Tetapi
penduduk Mekah mengusirnya. Ia pergi minta perlindungan Banu
Ghassan di Syam. Ia bermaksud memotong perdagangan ke Mekah.
Tetapi hadiah-hadiah penduduk Mekah sampai juga kepada Banu
Ghassan. Akhirnya ia mati di tempat itu karena diracun.

Selama bertahun-tahun Muhammad tetap bersama-sama penduduk
Mekah dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Ia menemukan
dalam diri Khadijah teladan wanita terbaik; wanita yang subur
dan penuh kasih, menyerahkan seluruh dirinya kepadanya, dan
telah melahirkan anak-anak seperti: al-Qasim dan Abdullah yang
dijuluki at-Tahir dan at-Tayyib, serta puteri-puteri seperti
Zainab, Ruqayya, Umm Kulthum dan Fatimah. Tentang al-Qasim dan
Abdullah tidak banyak yang diketahui, kecuali disebutkan bahwa
mereka mati kecil pada zaman Jahiliah dan tak ada meninggalkan
sesuatu yang patut dicatat. Tetapi yang pasti kematian itu
meninggalkan bekas yang dalam pada orangtua mereka. Demikian
juga pada diri Khadijah terasa sangat memedihkan hatinya.

Pada tiap kematian itu dalam zaman Jahiliah tentu Khadijah
pergi menghadap sang berhala menanyakannya: kenapa berhalanya
itu tidak memberikan kasih-sayangnya, kenapa berhala itu tidak
melimpahkan rasa kasihan, sehingga dia mendapat kemalangan,
ditimpa kesedihan berulang-ulang!? Perasaan sedih karena
kematian anak demikian sudah tentu dirasakan juga oleh
suaminya. Rasa sedih ini selalu melecut hatinya, yang hidup
terbayang pada istennya, terlihat setiap ia pulang ke rumah
duduk-duduk di sampingnya

Tidak begitu sulit bagi kita akan menduga betapa dalamnya rasa
sedih demikian itu, pada suatu zaman yang membenarkan
anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup dan menjaga keturunan
laki-laki sama dengan menjaga suatu keharusan hidup, bahkan
lebih lagi dan itu. Cukuplah jadi contoh betapa besarnya
kesedihan itu, Muhammad tak dapat menahan diri atas kehilangan
tersebut, sehingga ketika Zaid b. Haritha didatangkan
dimintanya kepada Khadijah supaya dibelinya kemudian
dimerdekakannya. Waktu itu orang menyebutnya Zaid bin
Muhammad. Keadaan ini tetap demikian hingga akhirnya ia
menjadi pengikut dan sahabatnya yang terpilih. Juga Muhammad
merasa sedih sekali ketika kemudian anaknya, Ibrahim meninggal
pula. Kesedihan demikian ini timbul juga sesudah Islam
mengharamkan menguburkan anak perempuan hidup-hidup, dan
sesudah menentukan bahwa sorga berada di bawah telapak kaki
ibu.

Sudah tentu malapetaka yang menimpa Muhammad dengan kematian
kedua anaknya berpengaruh juga dalam kehidupan dan
pemikirannya. Sudah tentu pula pikiran dan perhatiannya
tertuju pada kemalangan yang datang satu demi satu itu
menimpa, yang oleh Khadijah dilakukan dengan membawakan
sesajen buat berhala-berhala dalam Ka'bah, menyembelih hewan
buat Hubal, Lat, 'Uzza dan Manat, ketiga yang terakhir.4

Ia ingn menebus bencana kesedihan yang menimpanya. Akan
tetapi, semua kurban-kurban dan penyembelihan itu tidak
berguna sama sekali.

Terhadap anak-anaknya yang perempuan juga Muhammad memberikan
perhatian, dengan mengawinkan mereka kepada yang dianggapnya
memenuhi syarat (kufu'). Zainab yang sulung dikawinkan dengan
Abu'l-'Ash bin'r-Rabi' b.'Abd Syams - ibunya masih bersaudara
dengan Khadijah - seorang pemuda yang dihargai masyarakat
karena kejujuran dan suksesnya dalam dunia perdagangan.
Perkawinan ini serasi juga, sekalipun kemudian sesudah
datangnya Islam - ketika Zainab akan hijrah dan Mekah ke
Medinah - mereka terpisah, seperti yang akan kita lihat lebih
terperinci nanti. Ruqayya dan Umm Kulthum dikawinkan dengan
'Utba dan 'Utaiba anak-anak Abu Lahab, pamannya. Kedua isteri
ini sesudah Islam terpisah dari suami mereka, karena Abu Lahab
menyuruh kedua anaknya itu menceraikan isteri mereka, yang
kemudian berturut-turut menjadi isteri Usman.5

Ketika itu Fatimah masih kecil dan perkawinannya dengan Ali
baru sesudah datangnya Islam.

sejarah MUHAMMAD S.A.W